Jangan tanyakan apa itu cinta? Bagaimana cinta menjelma menjadi kilauan cahaya yang memancar di mata setiap pecinta. Di lautan mana cinta dilahirkan?Di kota mana ia akan datang? Kapan cinta datang menghampiri para pecinta: saat mentari terbit atau terbenam? Apakah cinta bersembunyi dibalik jubah para darwisy sebelum hatinya merasa tenang? Apakah cinta membawa sebuah pedang yang mampu menumpas pepohonan dan mengibarkan bendera kemenangan atas republiknya??
Ataukah cinta hanya sebuah mimpi yang kita yakini sebelum kita sempat menafsirkanya? Ataukah hanya sebuah perasaan yang menggoda tanpa tahu apa sebabnya?
Kita tinggalkan saja pertanyaan-pertanyaan itu, mari kita simak sepenggal kisah cinta di bawah ini!
Ada seorang gadis yang tak mau tahu tentang cinta, bahkan ia tak mau bertanya tentangnya, tak peduli sekalipun ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-20 bersama teman-temannya.... ia tetap tidak bertanya tentang cinta. ia tidak menghiraukan para sahabatnya yang mengisahkan kisah cinta mereka di depan matanya... tetap ia tidak bertanya.
Ia tak ingin bertanya pada siapapun, karena ia ingin mengetahui dan memahami cinta dengan cara dirinya menangkap makna cinta, bak bunga yang yang mekar dengan sendirinya. Dia ingin memecahkan teka-teki cinta sendiri dan membongkar jerat-jeratnya.
Ia ingin agar cinta secara tiba-tiba menghampirinya, membawakan bintang-bintang yang menghiasi bantalnya yang empuk saat ia sedang tidur, menciptakan bulan di atap kamarnya yang akan menemaninya andai dia harus terjaga sepanjang malam, menyelipkan kemanjaan di jemarinya yang mungil, menyematkn pita-pita yang warna warni di rambutnya yang terurai panjang, dan menghambur begitu saja dari setiap kata dalam kisah yag dibacanya sehingga ia dapat memungutnya dan menyembunyikannya di bab terakhir. Ia bak seorang pahlawan yang memenangkan peperangaan dan mendapatkan kekasihnya.
Dia tidak ingin bertanya apa pun tentang cinta, karena dia bukan gadis biasa, dia sangat istimewa, hatinya pun istimewa, tak seperti gadis-gadis lainnya. Kepolosannya benar-benar murni, tak seperti gadis sebayanya. Dia bagai tetesan ai hujan yang belum menyentuh tanah, bagai sinar mentari yang belum pernah memancar dalam kehidupan. Dia seolah-olah hidup dalam ruangan udara yang segar bebas dari segala bentuk polusi, hingga tak ada yang mampu mengubah cara berpikirnya dan mengusik mimpinya-mimpinya.
Tak ada yang berubah dari dirinya, walaupun ada yang berusaha memengaruhinya. Tak ada yang berubah dari dirinya, walaupun teman-temannya mencemoohnya sebagai gadis remaja yang bersikap seperti anak kecil yang belum belajar mengenai kata, cinta dan kehidupan. Dia seperti baris pertama pada halaman pertama yang tertulis dalam sebuah kisah yang belum pernah dibaca oleh siapapun hingga saat ni.
Dia merasa amat bahagia karena berbeda. Bahagia menantikan kebahagian keindahan dapat memenuhi hidupnya tanpa harus mencarinya. Dia percaya segala sesuatu ada waktunya sendiri-sendiri, segala sesuatu ada ketentuan dan bagiannya sendiri-sendiri, segala sesuatu akan terjadi jika ditakdirkan tuk terjadi. Mengapa ia harus menciptakan cinta jika hanya kepura-puraan dan harus meyakininya sebagai sesuatu yang nyata? Dia hanya ingin belajar tentang cinta dari tangan seorang lelaki yang menyiraminya kebutaannya tentang cinta....
_Kutipan dari Kitab Cinta karangan Yusuf el-Fakhrani_